Selasa, 09 Oktober 2007

Marxisme: Masihkah Relevan?

Marxisme: Masihkah Relevan?


Dengan runtuhnya Tembok Berlin pada penghujung abad XX, bipolarisasi kekuatan Barat dan Timur berakhir. Politik hegemoni dua negara adikuasa terjungkal. Orientasi ideologi disubstitusi oleh orientasi persaingan ekonomi. Uni Soviet bubar sementara Amerika Serikat menjadi hansip dunia. Runtuhnya imperium Uni Soviet, Kebangkitan RRC menjadi negara kuat, Kuba dan Korea tetap bertahan, Vietnam terobsesi menjadi negara yang patut diperhitungkan, paling tidak di regional ASEAN.

Dari fenomena tersebut muncul pertanyaan: Apakah marxisme masih relevan dewasa ini? Terhadap pertanyaan ini jawabnya singkat dan pasti, yaitu relevan. Dikatakan demikian karena pemikiran Marx, terutama karya-karya awal, Marx muda yang mempercakapkan alienasi dan humanisme merupakan sumber rujukan bagi upaya untuk mengatasi disorientasi humanitas dan kondisi akut anomali moralitas yang semakin memprihatinkan dewasa ini. Marxisme masih relevan bahkan penting untuk dipercakapkan terutama dalam diskursus ilmiah. Dikatakan penting mengingat pemikiran Marx sarat dengan filsafat kerja. Filsafat kerja tersebut secara radikal membongkar harkat dan martabat manusia sebagai mahluk alam. Berhadapan dengan alam manusia sebagai mahluk serba utuh harus bekerja. Melalui kerja sebagai mediasi manusia dengan alam, manusia mengaktualisasikan segenap potensi, bakat dan kemungkinannya. Kerja membedakan manusia dengan binatang. Melalui kerja, segenap potensi dan kemungkinan individu berkembang secara optimal. Frasa filosofis ini sering terabaikan. Individuasi berlangsung melalui kerja. Melalui kerja dunia dan alam termanusiakan.

Kendatipun tidak beorientasi individualitas, namun individuasi dan bukan individualisasi. Istilah ini bukan dari Marx, akan tetapi dari saya sendiri (Pen) selama ini terkaburkan dalam keseluruhan karya Marx. Individuasi adalah suatu kekuatan tersembunyi mengakibatkan marxisme relevan untuk dipercakapkan dewasa ini. Dalam individuasi, individu dengan cahaya kesadaran kelas terafirmasikan. Individu adalah sarang kesadaran kelas dalam bingkai societal, inilah humanisme. Individuasi dalam humanisme Marx mengisyaratkan setiap orang menjadi dirinya menurut syarat-syarat dan tuntutan sosietal. Setiap orang menikmati kebebasan dan berpeluang untuk mengaktualisasikan segenap potensi dan kemungkinan, bakat dan berbagai kecenderungan lainnya secara optimal. Individuasi sebagai 'mode eksistensi' humanitas Marxisme mencerminkan keselarasan antara individu dan masyarakat. Penampilan orientasi individuasi ini terbuka untuk diperdebatkan, namun dapat menjadi pemicu bagi reiniventisasi makna tersembunyi dari marxisme. Analisa tentang manusia dan interaksi dengan sesama tertuang dalam karya karya awal Marx, terutama dalam Naskah-Naskah Paris. Hanya saja, karena Marx selama ini dikaitkan dengan manusia sebagai mahluk sosial, menyebabkan konsep ini terabaikan. Individuasi yang menjadi kepedualian Marx dan hubungannya dengan kerja menjadi relevan justru karena kondisi humanitas dewasa ini, individu dalam konteks sosial semakin kehilangan hakikatnya sebagai manusia. Dalam individuasi manusia sebagai mahluk sosial terafirmasikan. Dan hanya dalam komunitas atau masyarakat, individu berkembang. Gagasan Marx tentang kerja berkaitan dengan konsep tentang alienasi. Istilah alienasi yang dipinjam dari Hegel. Marx menggeserkan alienasi roh ke tataran kehidupan kongkret dan bukan abstrak, dalam pengertian dialektika roh Hegel. Selain alienasi manusia dari kerja, Marx selanjutnya juga mengetengahkan alienasi lain seperti alienasi sosial dan alienasi religius. Pada Marx, konsep alienasi merupakan sumbangan berharga bagi pemahaman kondisi masyarakat posmodernitas dewasa ini.

Untuk menjawab relevansi Marxisme paska runtuhnya imperium Uni Soviet, penting untuk membedakan marxisme dengan Neo-Marxisme. Yang disebutkan terakhir secara tegas mengutuk kediktatoran Stalinisme. Validitas ajaran Marx tua pada umumnya dan Marx muda pada khususnya, dalam kaitannya dengan kapitalisme tua secara kritis dipertanyakan dan diberikan tafsiran baru. Gagasan Marx awal tentang alienasi, humanisme dibongkar dalam upaya untuk memperoleh pola dan hukum hukum perkembangan kapitalisme tua abad XX. George Luckack mengintrodusir kesadaran sejarah, sedangkan Ernest Bloch menempatkan utopi Marx justru sebagai kekuatan emansipatoris. Mereka bersikukuh pada pendirian bahwa marxisme sebagai metode tidak keliru. Kedua tokoh ini tak pelak lagi dikenal sebagai pendahulu Mazhab Frankfurt. Premis-premis filosofis Marx yang bertumpu pada humanitas dijadikan sebagai dasar pencerahan untuk memperoleh pola dan hukum perkembangan masyarakat dalam system kapitalisme. Orientasi ini selanjutnya menjadi perhatian Hoikheimer. Sementara Gramci mencurahkan perhatian pada dominasi dan kekuasaan, Adorno pada seni dan estetika. Ardono menafsirkan kembali gagasan-gagasan emansipatoris Marx muda terutama tentang humanisme dan alienasi, serta mensiasati transformasi watak eksploitatif kapitalisme. Mereka terobsesi untuk mengaktualisasi humanisme Marx demikian Jurgen Habermas, generasi kedua mazhab Frankfurt memperkaya marxisme dengan menampilkan komunikasi sebagai salah satu watak dasar manusia. Melalui konglomerasi kerja dan komunikasi suatu makna emansipatoris terpahamkan melalui dialog. Dengan dialog, ia hendak menuntaskan aspirasi Marx sekaligus mengakhiri eksploitasi kapitalis pada abad modernitas dewasa ini.

Pada neo-marxisme dimensi psikoanalisa dan kebudayaan dimasukkan ke dalam marxisme. Fetitisme yang berpuncak pada orientasi konsumeristik menjadi perhatian Adorno dan Marcuse. Berbagai dimensi manusia dibongkar. Marx adalah filsuf dengan gagasan-gagasan revolusioner, dekonstruktif dan emansipatoris. Pemikiran Marx muda mengusung premis-premis filosofis dan utopia sarat dengan advokasi dan bermuatan proyektif emansipatoris ke masa depan. Karl Korsch, tokoh Neo-Marxisme mengangkat unsur utopi yang tersebar hampir di seluruh karya Marx. Dikatakan bahwa utopi sebagai biang kerok kegagalan perjuangan kelas justru merupakan kekuatan dahsyat bagi antisipasi terhadap realisasi masyarakat tanpa kelas. Atas orientasi utopi ini marxisme membuka berbagai perspektif baru. Validitas Marxisme justru terletak pada visi humanisme. Kegagalan Marx dalam tingkat praxis bukan berarti kegagalan di dataran teoritik. Hal senada diungkapkan oleh George Luckack bahwa secara teoritis Marxisme tetap sahih. Ditambahkan, Marxisme jangan dihakimi karena kegagalan dalam implementasi. Ditegaskan bahwa secara teoritik, episteme Marx tetap dijadikan acuan.
Gagasan-gagasan Marx, terutama karya-karya awal menjadi landasan teori kritisisme Neo-Marxisme diproyeksikan sebagai upaya untuk membongkar eksploitasi permanen kapitalis tua sekaligus melepaskan manusia dari eksploitasi manusia atas manusia. Marxisme direinterpretasikan secara kontekstual sesuai dengan perkembangan kapitalisme tua. Marxisme diteropong melalui ancangan baru. Unsur psikoanalisa dan kebudayaan, historisitas dikawinkan dengan basis ekonomi Marxisme ortodoks. Dengan demikian, relevansi marxisme terletak pada unsur humanisme, alienasi dan filsafat kerja yang diusungnya. Atas dasar asumsi ini, Marx menegaskan bahwa komunisme adalah penghapusan hak milik, alienasi diri manusia. Komunisme tidak lain adalah kembalinya manusia kepada fitrahnya sebagai mahluk sosial. Marx menegaskan bahwa: 'komunisme sebagaimana suatu perkembangan penuh naturalisme adalah humanisme', selanjutnya ditandaskan bahwa 'sebagaimana suatu perkembangan penuh humanisme adalah naturalisme'. Dalam Theses on Feuerbach, dikatakan bahwa: 'Para filsuf selama ini sibuk menafsirkan dunia, pada hal yang terpenting adalah bagaimana mengubah dunia'. Filsafat harus bersifat praxis, tidak untuk berpangku tangan melainkan berfungsi terapheutik bagi terciptanya humanisme.

Dalam nubuat praxis ini, Marx menekankan bahwa komunisme adalah resolusi definitif terhadap antagonisme antara manusia dan alam, antara manusia dan manusia, antara eksistensi dan esensi, antara obyektifikasi dan afirmasi diri, antara kebebasan dan nesesitas, antara individu dan spesis. Komunisme adalah solusi bagi teka-teki sejarah dan pengetahuan tentang dirinya sendiri, tertorehkan dalam Economic and Philosophical Manuscript. 1). Magnus opus Ideologi Jerman, Naskah-Naskah Paris, Grundrisse dan Das Kapital merupakan polemik melawan Bruno Bouer, Max Stirner, L. Feuerbach dan Hegelian Muda pada umumnya, dan dengan Karl Grun dan Sosialisme Jerman pada khususnya. Buku Jerman Ideologi memuat pandangan materialisme-historis, teori transformasi sosio-historis, dan teori-teori ilmu pengetahuan, termasuk prinsip-prinsip moral humanisme. Posisi normatif politik dikokohkan dalam advokasi komunisme dan revolusi komunisme, visi humanisme dalam bentuk kasar. Dikatakan bahwa komunisme memungkinkan seseorang melakukan pekerjaan hari ini, dan yang lain keesokan harinya, berburu di pagi hari, memancing pada sore hari, mengembalakan ternak pada siang hari, mengkritisi sehabis makan malam, tanpa harus menjadi seorang pemburu, nelayan, pengembala atau seorang kritikus. Citra manusia paripurna dalam bingkai masyarakat tanpa kelas ini tertuangkan dalam The German Ideology. 2).

Relevansi marxisme dewasa ini juga terletak pada kondisi obyektif kapitalisme tua upaya sistematik untuk mentransformasikan eksploitasi mereka ke dalam sistem ekonomi global dewasa ini. Dalam pelanggengan kekuasaan dan eksploitasi melalui transformasi dalam globalisasi dewasa ini marxisme menjadi semakin relevan. Persoalan akut kapitalisme bisa diteropong melalui humanisme Marx. Marx menjadi mandul dan kadaluwarsa tatkala meletakkan marxisme hanya pada pandangan deterministik ekonomi. Gagasan Marx tentang relasi sosial tidak melulu tergantung pada faktor tunggal ekonomi-politik melainkan bagaimana ekonomi saling mempengaruhi unsur-unsur lain. Dikatakan: 'tanpa naungan segenap relasi masyarakat. Bagaimana sesungguhnya suatu formula logis tunggal dalam sekuen waktu perkembangan menjelaskam struktur masyarakat, dimana segenap relasi berkoeksistensi secara simultan dan saling mendukung satu sama'. Althusser memberikan interpretasi terhadap perdebatan kekuatan determistik sub-struktur sebagai satu-satunya turbin penggerak perkembangan masyarakat. Pertama, Marx mengusulkan suatu pandangan masyarakat sebagai sesuatu relasi independen kompleks ketimbang suatu pola sebab dan akibat. Kedua, Ia menolak formula logis tunggal. Althusser mengutip surat Engels kepada Ernest Bloch, ditulis tahun 1890, Engels menandaskan bahwa basis ekonomi 'menentukan', tetapi hanya 'dalam tahapan akhir'. Lebih dari itu Marx dan Saya tidak pernah menekankan, demikian Engels. Karena jika orang mengkaitkan hal ini dengan mengatakan bahwa unsur ekonomi satu-satunya faktor penentu, maka ia mentransformasikan proposisi ini kedalam sesuatu tanpa makna, ke dalam frasa abstrak dan kosong. Meyer dan Althusser mengatakan bahwa relasi fungsional basis ekonomi dianggap sebagai yang dominan, tetapi bukan penentu eksklusif, yang ada adalah interaksi timbal balik. Produksi melalui basis ekonomi saling berkaitan dengan unsur lain dari kompleks sosial. 3)

Inter-relasi antar unsur dan bukan bertumpu pada basis ekonomi sebagai satu satunya unsur penggerak perkembangan masyarakat yang selama ini terlupakan boleh memperkuat argumen bahwa marxisme masih relevan dewasa ini. Fenomin post-modernisme dan dekonstruksi terhadap logosentrisme, marxisme memberikan kontribusi bukan saja pada epistemology, melainkan juga pada tujuan praktis. Humanisme Marx yang tertuang dalam Naskah-Naskah Paris sarat dengan humanisme, hakikat kerja dan relasinya dengan manusia, keterasingan manusia dalam masyarakat global dewasa ini serta berbagai situs pemikiran Marx lainnya yang bersentuhan dengan permasalahan akut manusia global dewasa ini. Watak rakus dan eksploitatif kapitalisme semakin canggih sesuai dengan perkembangan teknologi dalam dunia maya dewasa ini dapat disasati melalui ancangan marxisme.

Melalui pesan pesan emansipatoris marxisme yang sarat dengan filsafat kerja, konsep alienasi dan nilai humanisme lainnya, suatu proyeksi ke masa depan dengan nuansa humanitas yang telah didesain semakin penting dan bahkan mendesak untuk dicermati.

Tidak ada komentar: